Master Junior Islamic Love for all Hatred for none

Rabu, 05 Mei 2010

Tatkala Al Qur’an terdengar maka kita akan ingat bahwa itulah bunyi Firman Allah Ta’ala. Wajib bagi kita untuk tersanjung syukur karena kita telah mengenal Al Qur’an. Wajib juga kita untuk waspada terhadap segala gangguannya.

Allah Ta’ala berfirman sebagai berikut:


فَاِذَا قَرَاْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ **


Maka apabila engkau hendak membaca Alquran maka mohonlah perlindungan Allah swt. dari syaitan yang terkutuk.(An Nahl 16:99)


1. Al Qur’an Beserta Keagungannya Sebagai Kepastian Petunjuk Suci


اِنَّه لَـقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ فِىْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ لَّا يَمَسُّه اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ *

Sesungguhnya itu adalah [b] Alquran yang mulia, Dalam [c] suatu kitabb terpelihara dengan baik. [2978] Yang tiada orang dapat menyentuhnya kecuali mereka yang disucikan. [2979]

____________________

* Makalah ini di buat oleh Mln. Ahsan A Anang STY pada tgl 23 April 2010 untuk dipresentasikan pada acara Jalsah Dua Wilayah (Silaturahim Bersama untuk Menggapai Cinta Ilahi) di Krucil, Bawang, Banjarnegara.


** Penulisan ayat-ayat Al Qur’an pada makalah ini menggunakan metode ‘Basmalah’ dihitung sebagai ayat yang berdasar pada hadits Nabi Besar Al Mushtofa SAW riwayat Sahabat Ibnu Abbas ra yang menunjukkan bahwa setiap ‘Basmalah’ pada setiap surat adalah ayat pertama surat itu (kecuali Qs At Taubah):


Nabi saw tidak mengetahui pemisahan antara surat itu sehingga Bismillahir Rohmaanir Rohiim turun padanya. (HR Abu Daud “Kitab Sholat” & Al Hakim dalam Al “Mustadrak”)



{ [b] 50:2, [c] 85:23}


[2978]: Bahwa Alquran itu sebuah Kitab wahyu Ilahi yang terpelihara dan terjaga baik, merupakan tantangan terbuka kepada seluruh dunia, tetapi selama empat belas abad, tantangan itu tetap tidak terjawab atau tidak mendapat sambutan. Tiada upaya yang telah disia-siakan para pengecam yang tidak bersahabat untuk mencela kemurnian teksnya. Tetapi semua daya upaya ke arah ini telah membawa kepada satu-satunya hasil yang tidak terelakkan – walaupun tidak enak dirasakan oleh musuh-musuh – bahwa kitab yang disodorkan oleh Rasulullah saw. kepada dunia empat belas abad yang lalu, telah sampai kepada kita tanpa perubahan barang satu huruf pun (Muir).

Alquran adalah sebuah Kitab yang terpelihara baik dalam pengertian bahwa hanya orang-orang mukmin yang hatinya bersih dapat meraih khazanah keruhanian seperti diterangkan dalam ayat berikutnya. Ayat ini pun dapat berarti bahwa cita-cita dan asas-asas yang terkandung dalam Alquran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita dan asas-asas itu sepenuhnya serasi dengan hukum alam. Seperti hukum alam, cita-cita dan asas-asas itu juga kekal dan tidak berubah serta hukum-hukumnya tidak dapat dilanggar tanpa menerima hukuman. Atau, ayat ini dapat diartikan bahwa Alquran dipelihara dalam fitrat yang telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia (30:31). Fitrat insani berlandaskan pada hakikat-hakikat dasar dan telah dilimpahi kemampuan untuk sampai kepada keputusan yang benar. Orang yang secara jujur bertindak sesuai dengan naluri atau fitratnya, ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Alquran.


[2979]: Hanyalah orang yang bernasib baik saja diberi pengertian tentang hal itu, dan dapat mendalami, kandungan arti Alquran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertaqwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih. Secara implicit dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh atau membaca Alquran sementara keadaan fisik kita tidak bersih.


Hz Ahmad as bersabda: “Al Qur’an demikian agungnya sehingga tiada sesuatu yang lain dapat mengatasi dalam keagungannya. Al Qur’an adalah Al Hakam, pemutus perkara dan Muhaimin serta kumpulan segala petunjuk. Alqur’an mengumpulkan seluruh dalil dan menceraiberaikan pusat kekuatan musuh. Al Qur’an adalah sebuah kitab yang didalamnya terkandung segala sesuatu secara terperinci, terdapat berbagai berita yang akan terjadi di masa mendatang dan yang tejadi di masa lalu. Kepalsuan tidak dapat menyerangnya baik dari depan maupun belakang. Al Qur’an adalah cahaya Allah Ta’ala” (Rohani Khozain,J:16, Khutbah Ilhamiyah,h:59)

Lebih lanjut beliau menasihatkan kepada para mukmin sebagai berikut: “Ketahuilah bahwa mukjizat Al Qur’an Suci yang paling menonjol adalah ia merupakan samudera kearifan, kebenaran, hikmah yang menerangi dengan cemerlangnya pada setiap bangsa, semua orang dan berbagai bahasa. Hindia, Parsi, Eropa, Amerika ataupun negeri mana saja. Mukjizat Al Qur’an mampu membuat mereka tak berkutik, membisu dan tak berdaya. Kandungan khazanah Al Qur’an muncul dipermukaan pada setiap zaman sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman. Penjagaannya seperti layaknya laskar-laskar bersenjata lengkap terhadap bahaya dari berbagai serangan pikiran jahat dalam setiap zaman ” (Rohani Khozain,J:3, Izalah Auham, bag:I, h:305)


Allah Ta’ala berfirman:


* الٓمّٓۚ ذٰلِكَ الْڪِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛۚ ۖ فِيْهِ ۛۚ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ‏


Aku Allah swt. Yang Maha Mengetahui. [16]

Inilah [17] Kitab yang sempurna; [17a] [a] tiada keraguan [18] di dalam-nya; [b] petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. [19]

____________________

{ [a] 2:24; 10:38; 32:3; 41:43., [b] 2:186; 3:139; 31:4.}


[16]: Singkatan seperti Alif Lam Mim dikenal sebagai al-muqaththa'at (huruf-huruf yang dipakai dan dilisankan secara mandiri) terdapat pada permulaan Surah-surah yang jumlahnya tidak kurang dari 28 surah dan terbentuk dari satu huruf atau lebih, paling banyak lima huruf abjad Arab. Huruf-huruf yang membentuk singkatan itu ada empat belas jumlahnya:Alif, lam, mim, shad, ra, kaf, ha, 1), ya, ain, tha, sin, ha2), qaf, dan nun. Dari huruf-huruf itu qaf dan nun berdiri sendiri pada permulaan Surah Qaf dan Qalam. sisanya ada dalam paduan dua atau lebih pada permulaan Surah-surah tertentu. Muqaththa'at itu, lazim dipakai di kalangan orang-orang Arab. Mereka memakainya dalam syair-syair dan percakapan. Seorang ahli syair Arab mengatakan, Qulna qifi lana, faqalat qaf, artinya, " Kami katakan kepada perempuan itu, `Berhentilah sejenak untuk kami` dan ia (perempuan) berkata bahwa, ia (perempuan) sedang berhenti." Di sini huruf qaf menampilkan kata waqaftu (aku berhenti). Ada pula sabda Rasulullah saw. seperti diriwayatkan oleh Qurhubi demikian:Kafa bis saifi sya, artinya, cukuplah pedang sebagai obat penyembuh. Sya menampilkan syafiyan. Di dunia barat modern dan juga di negeri- negeri timur, juga peniruan singkatan itu telah menjadi umum dan luas. Tiap kamus memuat daftar singkatan-singkatan itu. Muqaththa'at itu singkatan-singkatan untuk sifat-sifat Tuhan tertentu. Pokok masalah suatu Surah yang pada permulaannya ditempatkan singkatan itu, mempunya perhubungan yang mendalam dengan sifat Tuhan yang ditampilkannya.

Huruf-huruf itu tidak ditempatkan serampangan saja, pada permulaan berbagai Surah, tidak pula huruf-huruf itu digabungkan semaunya saja. Ada perhubungan yang mendalam dan jauh jangkauannya antara berbagai pasangan. Huruf-huruf yang membentuknya pun mempunyai tujuan tertentu. Pokok masalah Surah-surah yang tidak mempunyai huruf-huruf singkatan bernaung di bawah dan mengikuti pokok masalah Surah-surah yang memilikinya. Mengenai arti yang dikenakan pada muqaththa'at itu, ada dua yang nampak lebih beralasan :

(a) Bahwa tiap-tiap huruf mempunyai nilai angka tertentu (Jarir). Huruf-huruf alif lam mim mempunyai nilai 71 (alif bernilai 1 lam 30 dan mim 40), jadi, penenmpatan alif lam mim pada permulaan Surah dapat berarti bahwa,, pokok masalahnya ialah tegak berdirinya islam secara istimewa di masa permulaan akan memakan waktu 71 tahun untuk berkembang selengkapnya.

(b) Huruf-huruf itu seperti dinyatakan di atas, adalah singkatan dari sifat-sifat khusus Tuhan, dan surah yang pada permulaannya muqaththa'at itu ditempatkan dalam pokok masalahnya, mempunyai hubungan dengan sifat-sifat Ilahi yang ditampilkan oleh huruf muqaththa'at yang khas itu.


Jadi, singkatan Alif Lam Mim yang dicantumkan di sini dan pada permulaan Surah-surah ke-3, 29, 30, 31, dan 32 berarti, "Aku Allah swt. Yang Lebih Mengatahui," Arti itu dikuatkan oleh Ibn' Abbas dan Ibn Mas'ud, Alif singkatan dari Ana, Lam singkatan dari Allah swt., dan Mim singkatan dari a'lamu; atau menurut beberapa sumber lain Alif singkatan dari Allah swt., Lam singkatan dari Jibrail dan Mim singkatan dari Muhammad, mengisyaratkan bahwa inti Surah ini adalah, makrifat Ilahi yang dianugerakan kepada Muhammad saw oleh Allah swt dengan perantaraan malaikat Jibrail. Huruf-huruf singkatan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari wahyu Alquran (Bukhari).

Catatan: 1 ) ha seperti pada rahim

2 ) ha seperti pada hijrah

[17]: Dzalika terutama dipakai dalam arti "itu". terapi kadang-kadang digunakan juga dalam arti "ini" (Aqrab). Kadang-kadang dipakai untuk menyatakan pangkat tinggi dan kemuliaan wujud yang dimaksud. Di sini, kata itu mempunyai arti bahwa Kitab itu seolah-olah jauh dari pembaca, ditilik dari segi faedahnya yang luar biasa dan agung. (Fath)

[17a]: Al dipakai untuk menyatakan suatu tujuan pasti yang diketahui oleh pembaca. Dalam arti ini kata dzalikal Kitab akan berarti, Inilah kitab atau Inilah Kitab itu -- Kitab yang dijanjikan itu. Kata al dipakai juga untuk menyatakan gabungan semua sifat yang mungkin ada pada seseorang. Jadi, ungkapan itu berarti, inilah Kitab yang memiliki segala sifat sifat luhur yang seyogianya dimiliki oleh suatu Kitab yang sempurna, atau, dapat juga ungkapan itu berarti, hanya inilah Kitab yang sempurna.

[18]: Al dipakai untuk menyatakan suatu tujuan pasti yang diketahui oleh pembaca. Dalam arti ini kata dzalikal Kitab akan berarti, Inilah kitab atau Inilah Kitab itu -- Kitab yang dijanjikan itu. Kata al dipakai juga untuk menyatakan gabungan semua sifat yang mungkin ada pada seseorang. Jadi, ungkapan itu berarti, inilah Kitab yang memiliki segala sifat sifat luhur yang seyogianya dimiliki oleh suatu Kitab yang sempurna, atau, dapat juga ungkapan itu berarti, hanya inilah Kitab yang sempurna.

[19]: Mutaqi diserap dari kata waqa yang mempunyai pengertian menjaga diri terhadap apa-apa yang merugikan dan memudaratkan. Wiqayah berarti perisai dan Ittaqa bihi ( Muttaqi itu bentuk ism fa'il dari Ittaqa ) berarti, ia menganggap dia atau sesuatu sebagai perisai (Lane). Ubayy bin Ka'ab, sahabat Rasulullah saw. yang kenamaan, tepat benar menerangkan kata taqwa dengan memisahkan muttaqi sebagai seorang yang berjalan melalui semak-semak berduri, Dengan segala ikhtiar yang mungkin ia menjaga agar pakaiannya tidak tersangkut dan sobek oleh duri-durinya (Katsir). Maka seorang muttaqi ialah orang yang senantiasa berjaga-jaga terhadap dosa dan menganggap Tuhan sebagai perisainya atau pelindungnya dan sangat hati-hati dalam tugas kewajibannya. Kata-kata, "petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa" berarti bahwa petunjuk yang termuat dalam Alquran tidak terbatas. Alquran membantu manusia mencapai taraf kesempurnaan rohani dan menjadikannya semakin layak mendapat rahmat Tuhan.


Seorang Suci pada zaman abad 14 pernah memberikan nasehat pada sabdanya: “Dewasa ini diantara seluruh kitab Ilahi yang terdapat dimuka bumi ini hanya Kitab Suci Al Qur’an yang kehadirannya sebagai Kalam Ilahi dibuktikan dengan berbagai dala-il yang qoth’i alias tak terbantahkan. Prinsipnya mengenai najat adalah benar-benar berlandaskan pada fitrah insani yang murni lagi jernih. Akidah-akidah yang dikemukakannya demikian sempurna dan mantap sehingga seluruh kebenarannya didukung oleh kesaksian dalil yang kuat. Perintah-perintahnya berdiri tegak diatas kebenaran semata. Ajaran-ajarannya bersih dari segala macam unsur yang berbau syirik, bid’ah dan pemujaan terhadap makhluk Tuhan. Didalamnya terkandung semangat yang bergelora untuk mewujudkan ketauhidan, keagungan dan keluhuran Ilahi.


Didalamnya terkandung sifat yang mencuat yakni ia sarat dengan ajaran keesaaan Tuhan dan tak ternodai oleh berbagai hal yang merugikan serta mencemaskan sifat yang dimiliki oleh Dzat Dia Yang Maha Suci. Kitab itu tidak menghendaki adanya tindakan paksaan tehadap manusia untuk menerima suatu akidah yang diajarkannya. Kebalikannya ia selamanya lebih dahulu menguraikan latar belakang atau sebab musabab setiap kebenaran, lalu membuktikannya dengan dalil-dalil dan berbagai keterangan mengenai setiap maksud dan tujuan. Setelah memaparkan berbagai dala-il yang jelas mengenai hakekat pada setiap prinsip, ia menyampaikan manusia kepada martabat keyakinan yang sempurna dan makrifat yang serba lengkap. Al Qur’an menjauhkan semua kesenjangan, keburukan, kekotoran dan kerancuan yang terdapat pada akidah, perbuatan dan ucapan manusia dengan bantuan dalil-dalil yang jelas. Kitab ini mengajarkan semua nilai adab sopan santun dan tata krama yang sangat perlu diketahui manusia untuk menjadi manusia yang beradab. Ia melawan setiap unsur perusak/ virus bagi pikiran dan akhlak manusia dengan kekuatan yang sama hebatnya dibanding kekuatan dan kehebatan unsur perusak itu sendiri yang dewasa ini merajalela. Ajarannya sangat lurus, tegar dan mulus seakan-akan merupakan sebuah cermin yang memantulkan tata hukum kodrat alam dan sebuah gambar sejati tentang tata nilai fitrat yang berlaku di tengah-tengah alam, laksana matahari yang menyinari mata hati dan kalbu manusia. ” (Rohani Khozain,J:1, Barahin Ahmadiyah, h:81-82)


Hal ini mengingatkan kepada kita sabda Yang Mulia Nabi Besar Muhammad saw pada sebuah hadits:

Abu Umamah ra berkata: Aku telah mendengar dari Rasulullah saw bersabda: “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pembela orang yng mempelajari dan menurutinya.” HR. Muslim.


Sabdanya yang lain, sebagai berikut:

Usman bin Affan ra bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” HR Bukhori.


Hazrat Aqdas Muhammad saw bersabda dibeberapa kesempatan sebagai berikut:

An Nawwas bin Sam’an ra berkata: Aku telah mendengar Rasulullas saw bersabda: “Pada hari kiamat akan didatangkan Al Qur’an dan orang-orang yang melaksanakannnya di dunia, didahului oleh Surat Al Baqoroh dan Ali Imroan akan membela dan mempertahankan orang yang menaatinya.” HR Muslim.


Suatu kaum yang mengikuti dan meyakini ajaran Al Qur’an akan diangkat derajatnya, sebaliknya orang yang meninggalkannya akan dihinakan dan direndahkar derajatnya.


Selanjutnya Hz Syeikhul Akbar Mirza Ghulam Ahmad as bersabda: “Al Qur’an Suci adalah suatu MUKJIZAT yang semisal itu tidak pernah ada sebelum maupun sesudahnya. Nikmat dan berkahnya akan mengalir sepanjang masa titik kejelasannya pada saat kehadirannya pada zaman Rasulullah saw. Selain itu hendaklah diingat pula bahwa ucapan seseorang sesuai dengan daya pikirannya. Lebih besar kemampuan daya pikirnya, lebih berbobot pula ucapannya. Berkaitan dengan wahyu Ilahipun demikian pula sifatnya. Lebih luhur daya nalar si penerima wahyu lebih agung pula kualitas wahyu yang diterimanya. Disebabkan daya nalar kemampuan dan kebulatan hati Rasulullah saw menjangkau daerah yang amat luas sekali maka wahyu yang diterima beliau saw mencapai peringkat yang sangat tinggi. Sehingga tidak akan pernah lahir seseorang yang menyamai beliau saw dalam daya nalar dan kemampuan seperti itu.” (Malfuzhat, j:3, h:57)


2. Berbagai Hal dalam I’jaz Al Qur’an


Menurut Abu Zahra an Najdi dalam bukunya tertulis: Dalam ilmu bahasa, kata “mu’jizah” berasal dari kata ‘ajz’ (lemah) kebalikan dari kata “qudrah” (kuasa). Pada dasarnya “mu’jiz” itu adalah Allah swt yang menyebabkan selain-Nya menjadi lemah. Sebagai bentuk mubalaghah kebenaran berita, mengenai betapa lemahnya orang-orang yang didatangi Rasulullah saw untuk menentang “mu’jiz” tersebut, maka huruf ‘ta’ marbuthah ditambahkan pada kata “mu’jiz” sehingga menjadi “mu’jizah”. (Abu Zahra an Najdi, Dr., Al Qur’an dan Rahasia Angka-angka, h:19, Cet.VIII, Pustaka Hidayah, Bandung 2001)


Menurut para teolog, mu’jizat/ mu’jizah adalah munculnya sesuatu hal yang berbeda dengan adat kebiasaan yang terjadi di dunia untuk menunjukkan kebenaran kenabian para nabi ‘alaihimussalaam. Sementara ditempat lain Al Thusi mendefinisikan mukjizat dengan terjadinya sesuatu yang menggugurkan sesuatu lain yang biasa terjadi disertai dengan perombakan terhadap adat kebiasaan dan hal itu sesuai dengan tuntutan zaman.


Menurut Sayyid Thabathaba’i dalam tafsir Al Mizan, ia menjelaskan berbagai macamnya I’jazul Qur’an/ I’jaz Al Qur’an, sebagai berikut:

• I’jaz Al Qur’an yang pertama: keluasan pengetahuan yang dikandungnya. Al Qur’an memiliki berbagai disiplin ilmu, aturan moral, hukum, akidah dll. Al Qur’an tidak pernah ketinggalan zaman, dia selalu modern. (Al Mizan 1:62)

• I’jaz Al Qur’an yang kedua: kepribadian Nabi Muhammad saw yang menyampaikan Al Qur’an ini… (Al Mizan 1:63)

• I’jaz Al Qur’an yang ketiga: kandungan berita ghaib di dalamnya. Thabathaba’i menyebutkan paling tidak ada empat berita ghaib yang dikemukakan oleh Al Qur’an: berita tentang para nabi dan umat terdahulu, nubuwwat tentang berbagai peristiwa yang akan datang, berbagai fakta ilmiah yang baru diketahui kebenarannya setelah ribuan tahun Al Qur’an ada, dan berbagai macam kejadian besar yang menimpa kaum muslimin sepeninggal Rasulullah saw.

• I’jaz Al Qur’an yang keempat: bersihnya Al Qur’an dari pertentangan di dalamnya. Al Qur’an sangat konsisten, setiap ayat menerangkan ayat yang lain, setiap bagian menjadi penjelasan untuk bagian yang lain, setiap kalimat membenarkan kalimat yang lain. Seperti kata Hz Ali bin Abi Thalib ra: “Sebagian Al Qur’an berbicara tentang bagian yang lain, sebagian menjadi saksi untuk bagian yang lain.” (Al Mizan 1:66)

• I’jaz Al Qur’an yang kelima: Al Qur’an mengungguli kitab manapun dalam keindahan maknanya (balaghah), bahkan sampai empatbelas abad, tidak seorangpun mampu membuat semisal Al Qur’an. (Al Mizan 1:68)


An Najdi berpendapat bahwa I’jaz Al Qur’an terdiri dari beberapa macam, hal ini masih memungkinkan terbuka kemungkinan jenis atau macam I’jaz Al Qur’an karena keajaibannya tidak akan pernah habis. Diantaranya adalah sebagai berikut:

• I’jaz Balaghi : I’jaz tentang berita ghaib.

• I’jaz Tasyri’i : I’jaz dalam peraturan perundang-undangan.

• I’jaz ‘Ilmi : I’jaz keilmuan, pengetahuan dan wacana tafsir.

• I’jaz At Thibbi : I’jaz dalam ilmu kedokteran/ ketabiban.

• I’jaz Al Falaki : I’jaz dalam ilmu astronomi.

• I’jaz Al Jughrafi : I’jaz dalam ilmu geografi.

• I’jaz At Thabi’i : I’jaz dalam ilmu fisika.

• I’jaz I’lami :I’jaz dalam ilmu informasi.

• I’jaz ‘Adadi : I’jaz dalam jumlah atau bilangan.

(Abu Zahra an Najdi, Dr., Al Qur’an dan Rahasia Angka-angka, h:26, t.VIII, Pustaka Hidayah, Bandung 2001)


Dengan demikian dahsyatnya mukjizatnya Al Qur’an maka Sang Mahdinya Rasulullah saw menasehatkan: “Al Qur’an adalah pundi-pundi berisikan batu permata namun orang-orang kurang memperhatikannya.” (Malfuzhat, j.2, h.344)


Selanjutnya beliau menasehatkan sekaligus memberikan penjelasan tentang mukjizat Al Qur’an, sebagai berikut: “Kitab Suci Al Qur’an membukakan tiga pintu pemahaman kebenaran. “

Pertama adalah pintu nalar atau logika. Daya nalar manusia secara sempurna telah dikembangkan untuk mengenali eksistensi Tuhan dan sifat-sifat-Nya dalam penciptaan, keesaan, kekuasaan, rahmat, sifat tegak dengan Dzat-Nya sendiri. Dalam penggunaan daya nalar tersebut ikut berperan logika, fisika, medical, astronomi, matematika, filosofi dan metode argumentasi sehingga berbagai masalah yang sulit bisa terpecahkan. Metode ini luar biasa dan merupakan Mukjizat Penalaran. Para filosof terkenal yang menemukan logika dan meletakkan dasar-dasar dari filosofi serta menyibukkan diri mereka dengan fisika dan astronomi, faktanya tidak sanggup memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk mendukung keimanan mereka. Dengan demikian merupakan suatu mukjizat bahwa logika Ilahi ini tidak terdapat kesalahan serta memanfaatkannya untuk berbagai tujuan yang mulia yang belum pernah dicapai oleh manusia sebelumnya. Merupakan bukti yang cukup bahwa pernyataan-pernyataan Al Qur’an tentang eksistensi Tuhan dan sifat-sifat-Nya dalam penciptaan, keesaan dan sifat-sifat sempurna lainnya bersifat demikian komprehensif sehingga tidak mungkin diungguli dan tidak juga manusia akan mampu memberikan argumentasi baru lainnya. Pernyataan pujian atas kitab suci Al Qur’an ini tidak semata hanya isapan jempol belaka, tetapi sesungguhnya merupakan kenyataan dimana tidak akan ada seorang manusia manapun yang akan mampu mengajukan argumentasi baru yang belum pernah diungkapkan oleh Al Qur’an. Diberbagai tempat Al Qur’an sendiri menyatakan sifat komprehensifitas dirinya sendiri.


Kedua (pintu pemahaman Ilahi yang dibuka lebar oleh Al Qur’an) adalah mutiara hikmah intelektual, disebabkan sifatnya yang luar biasa bisa dianggap sebagai Mukjizat Intelektual. Bentuknya ada berbagai macam diantaranya sebagai berikut:

a) Pengetahuan mengenai wawasan keimanan dengan pengertian bahwa semua wawasan luhur yang berkaitan dengan keimanan dan semua kebenaran sucinya serta mutiara hikmah pengetahuan tentang Ilahi yang diperlukan didunia guna penyempurnaan bathin manusia. Semua ada dalam Al Qur’an. Begitu juga dengan keburukan bathin yang merangsang munculnya keinginan dosa dan nafsu lengkap beserta cara-cara penyucian bathin. Dilengkapi semua tanda, cirri-ciri dan sifat-sifat dari akhlak luhur. Tiada seorangpun yang mampu mengemukakan kebenaran, hikmah keIlahian, cara-cara mencapai Tuhan, bentuk atau disiplin suci ibadah lainnya yang belum termaktub di dalam Al Qur’an.

b) Pengetahuan mengenai sifat bathin dan psikologi secara komprehensif terdapat dalam firman ajaib ini sehingga bagi mereka yang mau berpikir akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa kitab ini bukanlah dari hasil karya siapapun kecuali Allah Yang Maha Perkasa.

c) Didalamnya terkandung ilmu mengenai awal dunia , akhirat dan hal-hal yang tersembunyi lainnya. Hal itu semua merupakan bagian pokok dari firman Allah Yang Maha mengetahui tentang hal-hal yang tersembunyi sehingga hati manusia akan menjadi tentram karenanya.


Semua pengetahuan demikian akan bisa ditemui banyak sekali dan terperinci didalam kitab suci Al Qur’an sehingga tidak ada kitab samawi lainnya yang mampu menyamainya. Disamping itu Al Qur’an juga mengungkapkan pengetahuan keimanan dari subyek lain dengan cara yang sangat indah. Dengan kata lain, semua subyek ini dikemukakan kitab suci Al Qur’an bagi kepentingan manusia dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap bentuk intelektualitas manusia akan dapat menyerap kemaslahatannya.


Ketiga (pintu pemahaman Ilahi yang telah dibukakan Al Qur’an) adalah pintu keberkatan rohani yang dapat disebut sebagai Mukjizat Tuntunan/Ikutan. Setiap orang telah memahami bahwa negeri kelahiran Rasulullah saw adalah semenanjung kecil bernama Arabia yang letaknya terisolasi dari negeri-negeri lain. Seorang lawan yang fanatikpun tidak akan bisa menyangkal bahwa sebelum kedatangan Rasulullah saw bangsa Arab di negeri ini hidup secara liar seperti hewan dan sama sekali tidak mengerti agama, keimanan, hak-hak Tuhan, hak-hak manusia dan selama berabad-abad mereka tenggelam dalam penyembahan berhala serta berbagai ajaran kotor lainnya, sehingga mencapai puncak kerusakan dalam kelakuan mereka seperti perzinahan, mabuk minuman keras, perjudian dan segala bentuk kejahatan lainnya. Mereka tidak menganggap sebagai perbuatan dosa atas pelanggaran hak-hak manusia lainnya seperti pencurian, perampokan, pembunuhan anak-anak ataupun memakan hak anak yatim. Dengan kata lain segala bentuk kejahatan , kegelapan bathin serta ketidakacuhan telah menyelimuti hati bangsa Arab. Kemudian setelah itu para lawan Islam juga harus mengakui bahwa bangsa yang bodoh, liar, dan tidak beriman tersebut lalu memeluk Islam dan beriman kepada kitab suci Al Qur’an .


Selanjutnya mereka mengalami perubahan yang drastis dan total. Efektifitas dari firman Ilahi dan kedekatan sosok suci Sang Nabi telah merubah total hati mereka dalam kurun waktu yang relative singkat, dimana setelah periode kebodohan itu mereka lalu mengalami proses kekayaan bathin dengan wawasan-wawasan keimanan dan meninggalkan kecintaan pada dunia.


Mereka dengan begitu fananya dalam kecintaan pada Allah Ta’ala sehingga mereka bersedia meninggalkan rumah dan keluarga yang dikasihi, kehormatan kedudukan sosial dan kesentosaan mereka demi memperoleh ridho Allah Yang Maha Agung. Ada apa sebenarnya yang telah menarik mereka dari suatu dunia lalu memasuki dunia lain dalam waktu yang relative cepat? Ada dua hal sebab-sebabnya yakni:

a) Hadhrat Rasulullah saw sangat efektif dalam menerapkan kekuatan suci beliau sedemikian rupa sehingga tidak mungkin disamai oleh lainnya.

b) Pengaruh ajaib dan luar biasa dari firman suci Allah Yang Maha Hidup dan Maha Kuasa yang telah menarik ribuan manusia dari kegelapan kepada cahaya pencerahan. (Barahin Ahmadiyah, Rohani Khozain, Vol.1, h.626-632, London 1984)


Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani berpetuah sebagai berikut:

“Sebagai sebuah kitab suci, Al Qur’an memiliki maksud lahir dan bathin. Allah menurunkannya dengan sepuluh lapis maksud atau makna yang tersirat. Setiap lapis yang berada diatas lebih baik dan lebih hakiki daripada lapis yang dibawahnya karena lapisan atas lebih dekat dengan Sumber Hakekat.” (Rahasia Sufi Agung, h.57, Cet.1, Diva Press, 2008)


Sang Sulthanul Qalam bersabda: “Kamu hendaknya jangan meninggalkan Al Qur’an sebagai benda yang dilupakan, sebab justru didalam Al Qur’anlah terdapat kehidupan. Barangsiapa memuliakan Al Qur’an ia akan memperoleh kemuliaan dilangit. Barangsiapa lebih mengutamakan Al Qur’an dari segala hadits dan ucapan lain, ia akan diutamakan dilangit. Bagi manusia diatas permukaan bumi ini kini tidak ada kitab lain kecuali Al Qur’an dan tiada seorang Rasul Juru Syafaat selain Muhammad Mushtofa saw.” (Kisti Nuh, Cet.IV, h.20 JAI 1996)


3. Keunikan Al Qur’an

Kitab Suci Al-Qur’an tidak saja tanpa banding dalam keindahan komposisinya tetapi juga tanpa tanding dalam segala keluhuran isinya. Hal ini merupakan suatu kenyataan karena apa pun yang datang dari Allah yang Maha Kuasa tidak hanya bersifat unik dalam satu bidang saja, melainkan dalam keseluruhannya. Mereka yang menyangkal Al-Qur’an sebagai kebenaran dan wawasan yang bersifat komprehensif, sebenarnya tidak menghargai Kitab itu sebagaimana mestinya. Salah satu tanda guna mengenali Firman Tuhan yang benar dan suci adalah keunikan dalam sifatnya karena kami mengamati bahwa apa pun yang berasal dari Allah yang Maha Agung selalu bersifat unik dan tanpa banding serta tidak bisa disamai oleh manusia, meski pun hanya tentang sebutir biji gandum sekali pun.

Keadaan tanpa banding juga mengandung arti tanpa batas. Dengan kata lain, sesuatu dikatakan tanpa banding hanya jika keajaiban dan sifat-sifatnya itu bersifat tanpa batas. Sebagaimana dikemukakan di atas, karakteristik seperti itu akan ditemui dalam segala hal yang diciptakan Allah s.w.t. Sebagai contoh, misalnya manusia meneliti keajaiban selembar daun dari sebuah pohon selama seribu tahun, namun waktu itu akan berlalu sedangkan keajaiban dari daun tersebut akan selalu ada yang baru. Sesuatu yang mewujud melalui kekuasaan tak terbatas, dengan sendirinya akan berisi keajaiban dan sifat-sifat yang juga tidak ada batasnya. Ayat yang menyatakan:

قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّـكَلِمٰتِ رَبِّىْ لَـنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَـنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّىْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِه مَدَدًا‏

“Katakanlah: “Sekiranya setiap lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscayalah lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai bantuan tambahan”“. (QS.Al-Kahf 18:110)

Ayat itu mengandung arti bahwa sifat-sifat dari semua ciptaan tersebut adalah tanpa batas dan tanpa akhir. Kalau semua benda ciptaan Tuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas dan tanpa akhir serta mengandung keajaiban dan mukjizat yang tidak terhitung, lalu bagaimana mungkin Kitab Suci Al-Qur’an yang merupakan Firman Suci dari Allah yang Maha Kuasa dibatasi hanya dalam beberapa pengertian sebagaimana diuraikan dalam empatpuluh, limapuluh atau seribu kitab tafsir, atau juga bisa selesai disampaikan oleh Junjungan dan Penghulu kita Hadhrat Rasulullah s.a.w. dalam kurun waktu yang demikian terbatas? Jika ada yang menganggapnya demikian, sama saja sepertinya sudah mendekati kekafiran.

Memang benar bahwa apa yang telah dikemukakan oleh Hadhrat Rasulullah s.a.w. sebagai penafsiran dari Al-Qur’an adalah betul adanya, namun tidak berarti bahwa Al-Qur’an tidak lagi memiliki wawasan di luar dari yang telah disampaikan beliau. Ungkapan para lawan kita mengenai hal ini mengindikasikan bahwa mereka tidak mengimani ketidak-terbatasan keagungan dan sifat-sifat dari Al-Qur’an. Ucapan mereka yang menyatakan bahwa Al-Qur’an diwahyukan bagi mereka yang tidak terpelajar atau buta huruf, lebih menegaskan lagi bahwa mereka itu sesungguhnya kalis dari pengenalan Nur Al-Qur’an karena mereka melupakan bahwa Hadhrat Rasulullah s.a.w. tidak saja diutus bagi mereka yang bodoh, tetapi juga bagi segenap manusia dari segala tingkatan kecerdasan. Allah s.w.t. telah berfirman:

قُلْ يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّىْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعَا

“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul kepada kamu sekalian”“ (QS.Al-A’raf 7:159).

Ayat ini menunjukkan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an diwahyukan bagi semua tingkatan.

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰـكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِينَ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيْمًا

“Tetapi ia adalah Rasul Allah dan Meterai sekalian nabi”. (QS.Al-Ahzab 33:41)

juga menyiratkan hal tersebut.


Anggapan yang menyatakan bahwa tafsir Al-Qur’an tidak bisa melampaui sebatas apa yang telah disampaikan oleh Hadhrat Rasulullah s.a.w. jelas adalah suatu pandangan yang salah. Kami telah menegaskan argumentasi mengenai hal ini secara konklusif dan pasti bahwa sepatutnyalah yang namanya Firman dari Allah yang Maha Kuasa mempunyai sifat yang tidak terbatas dan tanpa tandingan dalam keajaiban dan mukjizat yang dikandungnya.

Jika ada dari antara mereka yang merasa berkeberatan dan mengatakan bahwa jika Kitab Suci Al-Qur’an memang demikian banyak mukjizat dan sifatnya, lalu mengapa umat terdahulu oleh Allah s.w.t. tidak diberikan kemaslahatan pengetahuan mengenai hal itu, maka jawabannya adalah bahwa mereka itu bukannya tidak memperoleh manfaat dari mukjizat-mukjizat Al-Qur’an, tetapi sesungguhnya mereka itu memperoleh pengetahuan sampai dengan apa yang menurut Tuhan cukup bagi mereka, sedangkan apa yang dibukakan pada masa kini adalah untuk kemaslahatan manusia sekarang ini.Segala hal yang menjadi dasar keimanan, yang melalui penghayatan dan pengamalannya seseorang disebut Muslim, telah dinyatakan secara tegas di setiap zaman… (Karamatus Sadiqin, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 7, hal. 60-62, London, 1984).



Read More......

Sabtu, 26 Desember 2009

Yayasan Muslim Belanda Akui Ahmadiyah


Organisasi Penyiaran Muslim di Belanda, de Stichting Moslim Omroep (SMO) mengakui keberadaan sekte Ahmadiyah sebagai salah satu aliran utama Islam. Ini belum pernah terjadi di dunia.

"Di seluruh Eropa belum ada organisasi yang bisa menggabungkan kaum Suni, Syiah, Alevitis dan Ahmadiyah," tandas Fethi Killi dari SMO dengan bangganya. "Kamilah yang berhasil melakukan ini untuk pertama kalinya."

Ahmadiyah adalah sebuah aliran yang tidak diakui oleh aliran-aliran Islam ortodoks lainnya. Karena kebanyakan pengikut aliran Ahmadiyah di Belanda adalah warga Belanda keturunan Suriname, pengakuan aliran yang asalnya dari Pakistan ini acap kali menjadi polemik yang sensitif.

Pemerintah Belanda mengakui Ahmadiyah sebagai salah satu aliran agama Islam. Namun organisasi-organisasi Islam ortodoks menolak untuk mengakui sekte tersebut.

Perlombaan subsidi
Masalah ini muncul ke permukaan ketika sekarang ada perlombaan mendapatkan subsidi sebuah saluran penyiaran Muslim yang baru.

Saluran penyiaran Muslim sebelumnya yaitu Nederlandse Moslim omroep (NMO) terbelah menjadi dua organisasi yang tidak lagi mampu mengajukan permintaan subsidi pada pemerintah. Sekarang lima organisasi penyiaran baru sedang menawar waktu siaran. SMO mendapat peluang siaran paling besar.


Dalam penyeleksian organisasi penyiaran baru, Komisaris Media Belanda menuntut satu kriteria penting, yaitu mewakili semua aliran. Organisasi penyiaran baru harus dapat sebanyak mungkin mewakili kelompok-kelompok Muslim yang ada di Belanda.

SMO memenuhi kriteria itu dengan cara mempersatukan semua aliran agama Islam yang diakui pemerintah Belanda: Suni, Syiah, Alevitis dan Ahmadiyah. Dalam pengajuan subdisi bahkan disebut julukan empat 'pilar' Islam.

"Penting untuk meluruskan keragaman komunitas Islam di Belanda," ungkap yasin Furqani dari Dewan Masjid Marokko Belanda (RMMN), yang merupakan salah satu anggota SMO. "Ahmadiyah berperan besar dalam komunitas Islam dan oleh karena itu harus dimasukkan."

Dewasa
Menurut Fathi Killi dari SMO, Ahmadiyah sangat kontroversial di dunia Islam. Dia juga menjelaskan kaum Suni dalam organisasi SMO ternyata cukup dewasa menanggapi keputusan SMO untuk memasukkan Ahmadiyah dalam organisasi.

"Untuk pertama kalinya keempat aliran ini memutuskan untuk tidak menutup diri karena alasan teologisnya. Kami menekankan bahwa kami percaya Tuhan, kitab dan nabi yang sama."

Tidak semua Organisasi Muslim di Belanda setuju dengan pendekatan umum seperti ini, jelas Killi. "Ada juga yang tidak ingin bekerjasama dan menekankan hanya ada satu Islam yang benar, yaitu Islamnya mereka."

Pembahasan kerjasama dengan calon organisasi penyiaran lain, yaitu De Stichting Moslim Omroep Nederland (SMON), berjalan kurang baik. SMON sepertinya menolak mengakui Ahmadiyah sebagai mitra yang sederajat.

Menutup
Radi Suudi membantah bahwa organisasinya, SMON, ingin mengucilkan Ahmadiyah. "Kami ingin bekerjasama. Yang SMO inginkan dari kami adalah supaya kami memberikan keterangan tertulis bahwa kami mengakui Ahmadiyah sebagai salah satu aliran agama Islam. Itu adalah sebuah masalah teologis yang tidak dapat kami bawa sebagai organisasi jurnalistik."

Menurut rencana, minggu ini akan diumumkan organisasi penyiaran mana yang mendapatkan waktu siaran dan menjadi saluran penyiaran Muslim yang baru di Belanda.



Read More......

Rabu, 02 Desember 2009

Kisah Nyata

INI ADALAH KISAH NYATA DAN BUKAN DONGENG
September 8, 2008 by abunaweed

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. [2:214]

Ini adalah kisah nyata bukan dongengan. Terjadi di kampung halamanku, kampung Pajagan desa Parakansalak, Sukabumi. Saya coba kompilasikan kisah ini untuk di-share di blog ini agar mudah-mudahan dapat menjadi bahan renungan bagi siapapun yang mau membaca.

Kejadiannya masih belum lama ini, masih terkait masalah Ahmadiyah yang sekarang menjadi isyu panas di negeri ini. Saya sendiri berasal dari keluarga besar ahmadiyah. Bapak-ibu saya, kakek-nenek bahkan buyut saya adalah anggota jamaah Ahmadiyah. Selama ini kami hidup rukun bertetangga tanpa ada masalah apapun. Masalah terkait akidah tidak pernah merusak hubungan kami dengan siapapun. Tidak pernah ada yang menghina, mengejek, mengancam, ataupun menekan kami agar berobah keyakinan hanya karena keyakinan kami agak “berbeda”. Kami selalu menyelesaikan masalah perbedaan melalui cara-cara santun dengan semangat persaudaraan.


Akan tetapi semua itu mulai berubah seiring waktu berjalan. Seingat saya pada sekitar tahun 80-an mulailah didatangkan penceramah-penceramah dari luar daerah dalam rangka mengisi berbagai acara perayaan hari-hari besar islam. Mereka mulai menanamkan kebencian terhadap ahmadiyah dengan menebarkan fitnah-fitnah keji. Saya dapat katakan sebagai fitnah keji karena saya sendiri sebagai orang ahmadiyah dari lahir tidak merasa sedikitpun terkait dengan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan itu. Diantara para penceramah itu yang masih saya ingat adalah Amin Jamaluddin, yang kemudian saya kenal sebagai ketua LPPI.

Kejadian pembakaran mesjid beberapa waktu lalu itu sungguh suatu tragedi. Kami tidak pernah memusuhi siapa pun dan selalu berusaha menjalin kerjasama dengan siapa pun. Namun warga yang sudah terhasut dan terkomando dapat melakukan apapun yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, termasuk membakar rumah Tuhan.

Setelah Skb 3 menteri keluarnya, keadaan bukannya bertambah baik. Masyarakat yang tadinya bersikap baik pun mulai antipati dengan kami. Mereka mulai menganggap bahwa kamilah sumber masalah itu. Karena kamilah mereka menjadi resah. Karena ahmadiyahlah kampung mereka menjadi rusuh dan tidak kondusif. Aparat yang seharusnya bersikap adil malah ikut memperkeruh suasana dengan memberikan dukungan kepada pihak yang antipati. Suasana mencekam pun tidak terhindarkan.

Di kampung ku yang letaknya agak jauh dari mesjid yang dibakar, tekanan dari warga yang antipati tidak kurang besarnya. Setiap pengajian, ustazd di mesjid dekat rumah yang juga masih family, selalu menyempatkan pembahasan mengenai kami. Mesjid itu kebetulan memang sangat dengan rumah kami, sehingga semuanya terdengar sangat jelas. Ditambah lagi corong loud speaker yang kini diarahkan langsung ke rumah kami. Awalnya berupa anjuran dan ajakan halus, lalu meningkat menjadi keras dan bahkan berupa ancaman. Kecaman dan hinaan dalam pengajian bukan lagi hal yang luar biasa. Kami biasa dikatakan lebih hina dari babi dan anjing bahkan darah kami halal untuk ditumpahkan katanya, nau’dzubillahi min dzalik…

Belakangan ia menyerukan kepada warga di sekitar rumah kami untuk melakukan boikot sosial terhadap keluarga kami. Kebetulan kakak saya membuka warung sederhana yang mulai berkembang. Para tetangga yang dekat dan jauh senang berbelanja kepada kami. Namun karena ada ancaman kepada mereka untuk tidak datang ke warung kami, akhirnya mereka pun enggan. Akibatnya jelas, warung itu pun menjadi sepi dan kosong dari barang untuk dijajakan.

Dengan kondisi seperti itu tentu saja kami merasa sedih. Bukan hanya masalah materi yang kami pikirkan. Tetapi boikot itu benar-benar telah membuat kami terkucilkan dan terasing. Anak-anak kecil yang masih belum tau apa-apa diajari oleh bapaknya untuk ‘berjihad’ dengan melempari genting rumah kami bila malam hari. Sering kali ibu saya terbangun dari tidur dengan syok hebat karena mendengar suara keras yang tiba-tiba memecah keheningan. Esoknya memang benar ternyata batu yang lumayan besar telah menjebol genting rumah kami. Hal itu masih kerap kali terjadi hingga saat ini terutama bila ada acara-acara pengajian di mesjid dekat rumah. Semenjak itu ibu saya jadi trauma secara psikologis. Tidurnya tidak lagi lelap seperti dulu karena kegelisahan yang hingga setiap malam tiba, sehingga kesehatannya pun menjadi terganggu. Kami benar-benar terpuruk. Tidak ada jalan selain kami harus segera pergi meninggalkan kampung halaman ini.

Suatu malam seperti biasanya ustadz kembali dengan topik favorite-nya tentang Ahmadiyah. Ia menekankan kembali masalah boikot kepada para hadirin dan mengingatkan kembali betapa hina-nya orang ahmadiyah itu. Tiba-tiba ia menyatakan kurang lebih sebagai berikut:

“Bapak-bapak, Ibu-ibu, gak apa-apa kita boikot saja mereka. Toh dulu juga Rosulullah saw. juga diboikot.”

Kami benar-benar tersentak kaget mendengar itu. Entah apa yang dipikirkan oleh ustadz tersebut, yang jelas bagi kami ini benar-benar menjadi kata-kata penghibur yang luar biasa. Seperti air hujan yang turun dari langit menyegarkan kembali kehidupan. Kami tau betul bahwa dulu pun Yang Mulia Rasulullah saw. pernah diboikot oleh para penentang. Dan kami pun sadar bahwa itu adalah harga dari sebuah perjuangan. Namun bahwa hal itu dikatakan oleh ustadz di hadapan para mustami menjadikannya sebagai hiburan yang luar biasa bagi kami. Bahwa para mustami juga mendengar hal itu dan mungkin menjadi faham akan posisi kami, juga merupakan pengobat segala penderitaan kami selama ini.

Boikot tersebut hingga kini masih terus berlangsung. Dan kami pun tidak menutup kemungkinan terburuk bahwa kami sampai harus terusir dari kampung halaman. Akan tetapi, kini kebahagiaan yang luar biasa terpancar kembali di wajah ibu. Semangat hidupnya nampak pulih kembali. Sungguh luar biasa cara Allah ta’ala memberikan pertolongan kepada para hambanya. Di saat semua cobaan begitu beratnya menimpa Dia berikan pertolongan dari jalan yang tidak disangka sama sekali. Subhaanallah!

Kisah ini ditulis berdasarkan penuturan Ibunda tercinta yang menceritakannya dengan wajah yang berseri-seri dan memancarkan kebahagiaan yang luar biasa. Sekarang beliau dapat menghadapi tantangan itu dengan lebih tegar. Saya pribadi semakin yakin dengan janji ALLAH swt seperti dalam ayat di atas (2:214), bagaimana dengan anda?

Wallahu a’lam bishshawwab
Read More......

Senin, 30 November 2009

Waspadai Masuknya Garis Keras Melalui Sekolah

Artikel ini saya ambil dari The Wahid Institute pada menu Jaringan
Selasa, 18 Agustus 2009 03:37



Ajaran agama Islam garis keras disinyalir telah disebarkan ke generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Ajaran ini ditanamkan oleh organisasi-organisasi Islam tertentu kepada para siswa melalui berbagai kegiatan agama yang diselenggarakannya.

KH Yusuf Chudlori yang juga akrab disapa Gus Yusuf, ulama dari Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API), Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menyatakan, tidak hanya memberikan ajaran agama yang salah, organisasi-organisasi itu juga mencoba mencuci otak para siswa dengan membenturkan antara agama dengan masalah nasionalisme.

Hal ini, menurut dia, bahkan sudah terjadi di beberapa sekolah negeri di Kota Magelang. Dalam satu kasus di sebuah sekolah, para penyebar ajaran agama Islam yang keliru ini bahkan mencoba mempengaruhi sekolah untuk mengingkari pemerintahan sekarang.

Hal ini ditunjukkan dengan upaya dari mereka untuk mencopot gambar presiden dan wakil presiden dari ruang kelas, ketika sedang melaksanakan acara pengarahan.

\"Organisasi yang menganut Islam garis keras itu hanya mengakui satu pemerintah, yaitu pemerintahan Islam, khilafah Islamiyah,\" ujarnya saat ditemui Senin (17/8).

Hal serupa, menurut Gus Yusuf, juga rawan terjadi di kampus. Dalam hal ini, kelompok yang paling rawan disusupi paham yang salah ini adalah kelompok mahasiswa dari ilmu-ilmu eksak, yang terbiasa berpikir logis dan simpel.

Ketika NKRI dirasa tidak lagi memberikan kesejahteraan, Gus Yusuf mencontohkan, kelompok mahasiswa ini akan dengan mudah menerima masuknya berbagai pemahaman lain, yang dirasanya akan memberikan lebih banyak dampak positif bagi dia dan keluarganya.

\"Ditambah dengan iming-iming keluarganya akan disejahterakan dan janji akan masuk surga dengan disambut bidadari, mereka pun tidak keberatan melakoni segala persyaratan, termasuk menjadi pelaku bom bunuh diri,\" ujarnya.

Gus Yusuf menilai, bulan Ramadhan juga berpotensi dimanfaatkan sebagai peluang masuknya ajaran-ajaran yang keliru semacam itu. Banyak organisasi dikhawatirkan akan masuk ke sekolah dan kampus untuk menyebarkan pemahaman Islam garis keras melalui program pelatihan agama ataupun semacam pesantren kilat.

Mengacu kepada kondisi tersebut, dia meminta sekolah dan kampus benar-benar selektif memilih organisasi yang ingin masuk.

Di sisi lain, dinas pendidikan di daerah juga harus mengawasi lembaga pendidikan lebih dalam. \"Jangan hanya sekedar memperhatikan masalah intelektualitasnya saja,\" ujarnya.

Gus Yusuf mengatakan, kaum muda sekarang memang sedang berada dalam masa sulit. Di satu sisi, mereka dicoba dipengaruhi paham liberalisme dari Amerika dan Eropa, dan di sisi lain mereka harus meghadapi radikalisme agama.

Sumber: kompas.com,Senin, 17 Agustus 2009 | 19:37 WIB



Read More......

Nashruddin dan Filsafat




Ketika Timur Lenk menguasai kota Aq Syahr, datang seorang pengikut filsafat. Ia mengutarakan kepada Timur Lenk, dengan bantuan seorang juru bicara, bahwa ia ingin menguji ulama Aq Syahr. Timur Lenk mengumpulkan seluruh ulama dan berkata pada mereka, "Seorang laki-laki ahli filsafat ingin menguji kalian. Jika tidak seorangpun dapat menjawab pertanyaannya, mereka menganggap bahwa negara Romawi tidak memiliki seorang ulama pun, dan bahwa ilmu itu telah sirna. Bila hal itu terjadi, harga diri kalian hilang."


Ulama Aq Syahr lalu berkumpul di suatu ruangan khusus dan memusyawarahkan masalah tersebut. Mereka agak putus asa memikirkan bagaimana caranya mengatasi bahaya yang siap menghadang di hadapan mereka. Bahkan mereka akan menyewa ulama dari luar daerah untuk menghadapinya, meskipun tempatnya jauh.

Akhirnya mereka sepakat untuk mengajukan Syekh Nashruddin. Mereka mengutus seseorang untuk menemuinya, dan Nashruddin pun menerima kedatangan mereka. Lalu diutarakanlah apa yang mengganggu pikiran mereka. Nashruddin berfikir sejenak, lantas berkata: "Serahkan urusan ini kepadaku!" Mereka bertanya, "Apa yang akan anda lakukan?" Nashruddin menjawab, "Aku akan mengadakan tanya jawab dengannya. Jika jawabanku tepat, itu bagus. Bila tidak, aku pasti akan berkata 'Aku laki-laki jadzab, aku masuk sesuai kehendak hatiku'. Lalu kalian hendaknya berkata, 'Kami tidak menganggapnya sebagai orang pandai.' Lalu datangkan orang selain aku! Bila aku berhasil, kalian harus memberiku hadiah." Mereka menjawab, "Baiklah, apapun yang anda inginkan, akan kami usahakan. Yang penting, laki-laki itu harus kalah."

Pada hari yang telah ditentukan, sebuah panggung didirikan di sebuah lapangan yang luas. Timur Lenk duduk dengan pakaian perang dikelilingi para prajurit yang bersenjata lengkap. Laki-laki ahli filsafat itu hadir. Rambutnya tidak menarik dan bentuknya lucu. Ia lalu duduk di dekat singgasana kerajaan. seluruh hadirin menunggu kedatangan Syekh Nashruddin, rival ahli filsafat itu.

Nashruddin hadir dengan mengenakan surban besar dan berjubah. Di belakangnya mengiringi para muridnya, di antaranya Hamad. Mereka berdua masuk ke panggung dan Nashruddin duduk di sebelah Timur Lenk. Setelah minum dan istirahat sejenak, ahli filsafat itu maju ke tengah dan membuat lingkaran. Ia lalu menunggu jawabannya dengan memandang ke arah Nashruddin.

Nashruddin berdiri dan menancapkan tongkatnya tepat di tengah lingkaran. Ia membagi lingkaran menjadi dua bagian, dan memandang ke arah ahli filsafat. Lalu Nashruddin membuat garis lagi, sehingga lingkaran terbagi menjadi empat bagian. Tiga bagian menuju ke arah Nashruddin dengan isyarat jari dan satu bagian untuk si ahli filsafat. Nashruddin meletakkan kedua tangannya di belakang punggung yang diarahkan ke ahli filsafat. Ahli filsafat puas dengan apa yang dilakukan Nashruddin itu. Ia merasa, bahwa Nashruddin tahu apa yang dimaksudkannya.

Selanjutnya ahli filsafat membuat kedua tangannya dan membentuknya seperti kerah baju. Lalu kedua tangan itu diturunkan dari atas ke bawah dan jari jemarinya terbuka, lalu kedua tangannya dinaikkan ke udara beberapa kali. Nashruddin berbuat sebaliknya: membuka jari jemarinya dan diturunkan ke bawah. Ahli filsafat puas dengan apa yang dilakukan Nashruddin.

Setelah itu, ahli filsafat meletakkan jari jemarinya di atas tanah dan berjalan merangkak sebagaimana layaknya binatang. Ia mengisyaratkan ke arah perut, seakan-akan keluar sesuatu dari dalam perutnya. Nashruddin mengeluarkan sebutir telur dari saku dan menggerakkan kedua tangannya seakan hendak terbang.

Melihat jawaban Nashruddin, ahli filsafat itu sangat puas dan kagum. Ia maju ke arah Nashruddin dan mencium tangannya dengan penuh penghormatan. Ia mengatakan, bahwa Aq Syahr beruntung mempunyai seorang cerdik pandai seperti Nashruddin. Seluruh hadirin memberikan ucapan selamat kepada Nashruddin dan memberikan hadiah yang melimpah serta uang banyak. Bahkan ada yang menjanjikan harta benda di lain waktu. Tidak ketinggalan Timur Lenk memberi hadiah kepada Nashruddin dan menempatkannya di kelompok orang kaya.

Setelah semua penonton bubar, Timur Lenk dan para pengawalnya mengelilingi ahli filsafat dan bertanya dengan bantuan juru bahasa, "Kami tidak mengerti isyarat-isyarat yang anda lakukan dengan Syekh Nashruddin. Jelaskan kepada kami apa yang terjadi sebenarnya?"

Ahli filsafat menjawab, "Melihat perselisihan ulama filsafat Yunani dan ulama Bani Israil tentang terbentuknya alam semesta, saya tidak tahu apa pendapat ulama Islam tentang hal tersebut. Maka saya ingin mempelajarinya. Saya isyaratkan pada Nashruddin bahwa bumi itu bulat dan besar. Nashruddin membenarkan ucapan saya dan berkata, 'Bumi itu terbagi menjadi dua bagian. Setengah lingkaran utara dan setengah belahan selatan.' Lalu Nashruddin membaginya menjadi empat bagian. Tiga bagian ke arahnya dan satu bagian ke arahku. Ia mengisyaratkan, bahwa tiga bagian bumi adalah lautan dan satu bagian daratan. Nashruddin juga memberitahukan bahwa bumi terbagi menjadi tujuh negara.

Lebih lanjut saya isyaratkan isi bumi dan rahasianya dengan mengangkat jari jemari ke udara dan menggerakkannya, maksudku tumbuh-tumbuhan, barang tambang dan bagaimana proses terjadinya. Syekh Nashruddin mengangkat kedua tangannya menunjuk ke bawah dan mengisyaratkan turunnya hujan adalah ke bawah, yang tercurah dari langit. Kekuatan matahari dan pengaruh makhluk angkasa di bundaran bumi membantu proses bumi, sehingga mendatangkan kekuatan yang terkandung di dalamnya. Cara Nashruddin menjelaskan hal itu sesuai dengan pendapat ulama filsafat periode akhir. Kemudian aku isyaratkan tentang perkembang-biakan makhluk dengan melalui proses pembuahan. Namun banyak yang terlewatkan olehku, lalu Nashruddin bermaksud menunjukkan sebagian dari makhluk secara global. Karena itu, saya jadi tahu bahwa Syekh kalian memang pandai dan menguasai pengetahuan tentang langit dan bumi, maupun ilmu logika dan ketuhanan. Dan ia termasuk seorang ahli filsafat. Kalian patut bangga dengan adanya ahli filsafat seperti dia di negeri kalian."

Lalu mereka berpamitan kepada ahli filsafat dengan penuh penghormatan. Setelah itu mereka ganti menjumpai Nashruddin dan meminta penjelasan atas jawaban-jawabannya. Berkatalah Nashruddin kepada mereka, "Ahli filsafat itu sedang kelaparan seperti halnya diriku. Ketika ia menggambar lingkaran, maksudnya adalah bahwa di depan rumahnya terdapat kue berbentuk seperti lingkaran yang dibuatnya. Aku membaginya menjadi dua bagian dengan maksud agar sama rata. Akan tetapi, karena ia tidak faham, aku membaginya menjadi empat bagian. Tiga bagian untukku dan satu bagian untuknya. Ia setuju dan mengiyakan dengan isyarat kepala.

Selanjutnya, ia mengisyaratkan beras di atas api. Aku isyaratkan kepadanya tentang memasukkan pula bumbu, garam, kismis, dan fustuq ke dalamnya. Ketika berjalan ia bermaksud memberitahukan bahwa dirinya sangat lapar dan menginginkan makanan lezat. Aku isyaratkan kepadanya, bahwa dirku bahkan lebih lapar darinya yang nyaris membuatku terbang karenanya. Pagi hari aku ingin membuat kue, namun yang kutemukan hanya sebutir telur pemberian istriku. Aku belum sempat menelannya ketika kalian memanggilku. Lalu kumasukkan ke dalam saku dan menjaganya secara hati-hati."

Seluruh hadirin berkata, "Demi Allah, ini hal yang hebat dan menakjubkan! Bagaimana anda mengerti permasalahannya dan menjawab seperti itu? Ahli filsafat menerima dan membenarkan jawaban Anda, padahal jawaban Anda tersebut tidak seperti yang diinginkannya." Demikianlah, mereka semua bergembira dan tertawa riang lalu pulang ke rumah masing-masing. Sekalipun demikian mereka tetap bingung.





Read More......
Jazakumullah ahsanal jaza